

Setiap pekan, Allah menghadiahkan kepada umat Islam satu hari yang istimewa — hari Jumat.
Hari di mana doa-doa lebih mudah diijabah, amalan-amalan lebih bernilai, dan pintu-pintu langit terbuka lebar bagi hamba-hamba yang ingin kembali.
Di tengah kesibukan dunia yang makin padat, hari Jumat seolah menjadi ruang jeda bagi jiwa.
Sebuah kesempatan untuk menata hati, memperbarui niat, dan menanam amal kebaikan yang akan tumbuh menjadi pahala tanpa batas.
Namun, kemuliaan hari Jumat tidak hanya hadir dalam lantunan dzikir, shalat Jumat, atau tilawah yang khusyuk.
Ia juga tumbuh dari tangan-tangan yang terulur, hati yang peduli, dan langkah-langkah yang ringan dalam berbagi.
Dari semangat inilah lahir gerakan Jumat Mulia —
sebuah ajakan sederhana untuk menjadikan Jumat bukan sekadar rutinitas,
tetapi momentum memperkuat rasa kemanusiaan dan kebersamaan.
Melalui Jumat Mulia, masyarakat diajak menyalurkan sedekah, makanan, dan bantuan untuk mereka yang membutuhkan.
Bukan karena kita berlebih,
tapi karena kita percaya: setiap kebaikan yang dibagi akan kembali dengan keberkahan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sedekah di hari Jumat lebih utama dibanding sedekah di hari-hari lainnya.”
(HR. Ibnu Qayyim dalam Zadul Ma’ad)
Di setiap senyum anak yatim yang menerima nasi berkah,
di setiap doa seorang ibu yang mendapat bantuan sembako,
ada kisah kebaikan yang ditulis di langit —
tentang umat yang tak pernah lelah berbagi,
tentang masyarakat yang terus menjaga semangat gotong royong,
tentang hari Jumat yang benar-benar dimuliakan.
Karena sejatinya, kemuliaan hari Jumat tidak diukur dari pakaian terbaik yang kita kenakan,
tetapi dari kebaikan yang kita sebarkan.
Mari jadikan Jumat sebagai hari istimewa bukan hanya untuk diri kita,
tetapi juga bagi orang lain.
Biarkan Jumat menjadi hari ketika tangan kita memberi,
dan hati kita tumbuh menjadi lebih luas dari sebelumnya.











Leave a Review