Menyiapkan Pemimpin Filantropi Masa Depan: Belajar Kepemimpinan dan Fundraising dari Dua Tokoh Nasional

Di tengah dinamika gerakan sosial dan tantangan pengelolaan lembaga filantropi, muncul satu kesadaran penting: bahwa masa depan gerakan kebaikan sangat bergantung pada kualitas kepemimpinan para pengelolanya.

Dengan semangat itulah digelar Workshop Leadership dan Fundraising: Forum for Philanthropy Leaders, sebuah ruang perjumpaan para pegiat zakat, wakaf, dan kemanusiaan yang ingin belajar langsung dari dua sosok inspiratif bangsa: Dr. (H.C.) Erie Sudewo dan Dr. M. Arifin Purwakantha, M.Si.


Kepemimpinan Berbasis Nilai

Erie Sudewo, dikenal sebagai founder Dompet Dhuafa dan tokoh filantropi yang telah menginspirasi banyak lembaga sosial di Indonesia, membagikan gagasannya tentang leadership berbasis nilai.
Menurutnya, keberhasilan lembaga bukan diukur dari besar kecilnya dana yang dikelola, melainkan dari seberapa tulus dan kuat nilai-nilai spiritual menjadi napas dalam setiap langkah organisasi.

“Pemimpin sejati bukan yang paling kuat, tapi yang paling mampu menjaga nilai,” tutur Erie Sudewo dalam salah satu sesi inspiratifnya.

Kehadiran beliau mengingatkan kembali bahwa pengelolaan dana umat adalah amanah besar, yang harus ditopang oleh integritas, kejujuran, dan kesadaran spiritual yang mendalam.


Fundraising yang Berkelanjutan

Sementara itu, Dr. M. Arifin Purwakantha, M.Si., akademisi sekaligus praktisi yang lama berkecimpung di dunia zakat dan wakaf, memaparkan sisi strategis dari pembangunan kemandirian lembaga.
Dengan pendekatan yang sistematis, beliau mengajak peserta untuk memahami fundraising bukan sekadar kegiatan pengumpulan dana, melainkan proses membangun kepercayaan publik dan menciptakan sistem yang berkelanjutan.

“Fundraising bukan tentang meminta, tapi tentang menghadirkan makna di hati para donatur,” ujar Arifin.

Ia menegaskan pentingnya inovasi, digitalisasi, dan profesionalitas dalam pengelolaan lembaga filantropi agar mampu bertahan dan terus relevan di era modern.


Membangun Ekosistem Kebaikan

Lebih dari sekadar forum pelatihan, kegiatan ini menjadi ruang refleksi dan kolaborasi. Para peserta berdiskusi, bertukar pengalaman, dan menemukan semangat baru dalam mengelola lembaga masing-masing.
Mereka belajar bahwa kemandirian lembaga sosial bukan hanya hasil dari kecerdasan strategi, tapi juga buah dari kepemimpinan yang menumbuhkan budaya amanah dan kerja ikhlas.

Workshop ini diharapkan melahirkan generasi pemimpin filantropi yang tangguh, berintegritas, dan visioner — mereka yang tak hanya mengelola dana, tapi juga menyalakan cahaya nilai-nilai kemanusiaan di tengah masyarakat.

Karena pada akhirnya, kepemimpinan dalam filantropi bukan hanya tentang menggerakkan program, tetapi tentang menginspirasi peradaban kebaikan.