

Shalat lima waktu adalah tiang agama. Ia bukan sekadar rutinitas harian, melainkan momen perjumpaan antara hamba dan Sang Pencipta. Namun, tak sedikit di antara kita yang menjalankannya sekadar menggugurkan kewajiban. Bibir berucap, tubuh bergerak, tapi hati terasa kosong. Shalat terasa hampa.
Lalu, bagaimana agar shalat kita tak hanya dilakukan, tapi juga dihidupkan?
1. Sadari kepada siapa kita berdiri
Bayangkan jika kita bertemu orang yang kita kagumi—misalnya tokoh besar atau pemimpin negeri. Pasti kita akan mempersiapkan penampilan, sikap, dan ucapan dengan sebaik-baiknya.
Lalu, bagaimana dengan shalat—di mana kita sedang menghadap langsung kepada Rabb semesta alam?
Menyadari bahwa kita sedang berdiri di hadapan Allah akan menumbuhkan rasa khusyuk, rasa malu, dan sekaligus cinta yang dalam. Bukan sekadar gerakan, tapi sebuah perjumpaan jiwa.
2. Perhatikan bacaan dan artinya
Seringkali kita terburu-buru dalam membaca surat dan dzikir dalam shalat. Padahal, setiap lafaz memiliki makna yang dalam dan menyentuh.
Coba luangkan waktu untuk memahami arti bacaan dalam shalat. Rasakan makna dari setiap doa yang kita panjatkan. Ketika kita membaca “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin” (Hanya kepada-Mu kami menyembah, dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), benar-benar hadirkan rasa bergantung dan tunduk sepenuhnya kepada Allah.
3. Hindari tergesa-gesa
Rasulullah ﷺ bersabda, “Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dalam shalatnya.” (HR. Ahmad). Yakni, mereka yang terburu-buru dalam shalat hingga tidak menunaikan rukun dan tumakninah dengan sempurna.
Shalat yang dilakukan dengan tergesa-gesa hanya akan menyisakan kelelahan fisik, bukan ketenangan batin. Cobalah memperlambat gerakan dan bacaan. Rasakan setiap posisi; dari berdiri, rukuk, sujud, hingga duduk. Setiap posisi adalah bentuk penghambaan yang indah.
4. Berdoalah sebelum dan sesudah shalat
Jadikan shalat bukan hanya formalitas, tapi tempat curhat yang paling jujur. Sebelum takbir, berdoalah agar Allah menghadirkan kekhusyukan dalam shalat kita. Setelah salam, panjatkan doa dan syukur karena telah diberi kesempatan untuk menyembah-Nya.
Hubungan dengan Allah bukan sebatas ritual, tapi spiritual. Semakin kita jujur di hadapan-Nya, semakin terasa kedekatannya dalam hati.
5. Jadikan shalat sebagai momen terbaik dalam hari-harimu
Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Ada orang yang masuk ke dalam shalat, namun hatinya sibuk dengan urusan dunia. Tapi ada juga orang yang setiap kali hatinya sibuk dengan dunia, ia segera bergegas shalat.”
Mari kita ubah cara pandang kita. Jangan jadikan shalat sebagai jeda dari aktivitas, tapi jadikan aktivitas sebagai jeda dari shalat. Jadikan shalat sebagai highlight harimu—waktu paling berharga untuk menyegarkan ruhani yang lelah oleh hiruk pikuk dunia.
Penutup
Shalat bukan beban, melainkan pelukan dari Allah kepada hamba-Nya. Ia adalah cahaya, penenang, dan jawaban dari setiap kegundahan.
Semoga mulai hari ini, setiap kali kita berdiri di atas sajadah, hati kita pun ikut sujud bersama tubuh. Shalat kita tak lagi hampa, tapi sampai… sampai ke hati.
Leave a Review