

Setiap manusia pada dasarnya mendambakan kebahagiaan. Namun sering kali, kebahagiaan yang dicari hanya berpusat pada kesenangan duniawi: harta yang berlimpah, jabatan yang tinggi, popularitas, dan segala bentuk kemewahan yang tampak di mata. Padahal, kebahagiaan sejati dalam Islam tidak hanya diukur dari apa yang kita miliki di dunia ini, tetapi sejauh mana hati ini tenang, hidup ini bermakna, dan akhir perjalanan kita menuju ridha Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami akan beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Nahl: 97)
Ayat ini menjadi pegangan utama bahwa kebahagiaan hidup yang hakiki hanya dapat diraih dengan iman dan amal saleh. Hidup yang diberkahi adalah hidup yang dijalani dengan ketaatan, diiringi rasa syukur, dan penuh kesadaran bahwa setiap langkah kita adalah perjalanan menuju akhirat.
Bahagia di dunia bukan berarti tanpa ujian. Justru, orang beriman diuji agar semakin kuat dan dekat dengan Rabb-nya. Namun mereka yang ikhlas dan bersabar akan tetap menemukan kebahagiaan, bahkan dalam tangis dan letihnya perjuangan. Karena mereka yakin, Allah tidak pernah menyia-nyiakan amal kebaikan sekecil apa pun.
Kebahagiaan dunia adalah saat kita mampu mensyukuri nikmat yang ada, sekecil apa pun. Ketika hati merasa cukup, bukan karena banyaknya harta, tapi karena kuatnya iman. Dan bahagia akhirat adalah saat kita bertemu Allah dalam keadaan diridhai, saat wajah bersinar karena amal baik yang kita persembahkan selama di dunia.
Rasulullah ﷺ pun memberikan nasihat penuh makna dalam sabdanya:
“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau seorang musafir.”
(HR. Bukhari)
Seorang musafir tahu bahwa ia tidak akan selamanya menetap. Ia berhenti hanya untuk mengisi bekal. Begitulah seharusnya kita menjalani kehidupan dunia. Kita jalani dengan sungguh-sungguh, tapi tidak terlena. Kita nikmati nikmatnya, tapi tidak tertambat padanya.
Maka jika kita ingin hidup bahagia dunia dan akhirat, langkahnya adalah: kuatkan tauhid, jaga salat, perbanyak amal saleh, perbaiki akhlak, bahagiakan orang tua, bantu sesama, dan jangan pernah putus harapan dari rahmat Allah.
Bangun hubungan yang baik dengan Allah, dan hubungan yang indah dengan sesama. Karena hidup yang dirahmati adalah hidup yang diberkahi dari segala sisi.
Hidup bahagia dunia akhirat bukan sekadar impian. Ia adalah perjalanan yang bisa kita tempuh, selama kita terus berpegang pada tali agama Allah dan istiqamah dalam kebaikan. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat, serta dikumpulkan kelak di surga-Nya bersama para nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang saleh. Aamiin.
Leave a Review