Menumbuhkan Rasa Cinta pada Ibadah Kurban: Investasi Ruhani untuk Tahun Depan

Kurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi menyembelih ego dan menumbuhkan cinta pada Allah.

Hari-hari Tasyrik telah berlalu. Suasana gema takbir yang menggema di langit Idul Adha telah redup. Namun semangat berkurban seharusnya tidak ikut redup. Justru setelah momentum Idul Adha, hati seorang muslim seharusnya semakin terpaut kuat pada makna pengorbanan. Kini saatnya kita menumbuhkan kembali cinta dan kesiapan untuk berkurban, meski untuk tahun depan.

Kurban Bukan Soal Daging, Tapi Tentang Tunduknya Hati

Allah Ta’ala berfirman:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya.”
(QS. Al-Hajj: 37)

Ibadah kurban sejatinya adalah bentuk nyata dari ketundukan seorang hamba kepada Allah. Saat seseorang dengan penuh kerelaan menyisihkan hartanya, membeli hewan terbaik, dan menyerahkannya untuk disembelih di jalan Allah, di situlah letak nilai spiritual kurban. Ini bukan soal jumlah uang atau besar kecil hewan yang dikurbankan, melainkan tentang seberapa besar cinta dan ketaatan kita kepada Allah.

Menghidupkan Semangat Ibrahim di Tengah Kehidupan Modern

Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam bukan hanya cerita untuk anak-anak di pengajian. Ia adalah warisan perjuangan tauhid, warisan kepasrahan, dan warisan cinta kepada Allah yang seharusnya terus dihidupkan. Ibrahim tidak hanya diuji dengan anak, tapi juga dengan rasa cinta kepada anaknya sendiri. Ketika Allah memerintahkannya untuk menyembelih Ismail, beliau tidak ragu. Dan Ismail pun tidak lari. Ini bukan kisah tragedi, tapi kisah keimanan yang luar biasa.

Di zaman sekarang, kita tidak diperintah menyembelih anak. Kita hanya diminta menyisihkan sebagian harta untuk membeli kambing, sapi, atau unta demi mendekatkan diri kepada Allah. Maka jika Ibrahim mampu mengorbankan yang lebih besar, mengapa kita tidak mampu mempersiapkan kurban setahun lebih awal?

Mempersiapkan Diri Sejak Dini: Bukti Cinta dan Seriusnya Niat

Kita bisa mulai dari hal sederhana: niat. Tanamkan dalam hati mulai sekarang, “InsyaAllah tahun depan aku akan berkurban.” Jangan tunggu kaya. Justru dengan niat itulah Allah akan membuka jalan. Bayangkan, jika seseorang menabung Rp5000 per hari, maka dalam setahun ia sudah mengumpulkan sekitar Rp1.800.000. Ini sudah bisa cukup untuk ikut patungan kurban sapi. Dan bila ingin kurban kambing sendiri, tinggal menyesuaikan dan menabung lebih rajin.

Ketika kita menabung untuk kurban, sesungguhnya kita sedang melatih disiplin spiritual. Setiap rupiah yang kita sisihkan adalah bukti cinta yang kita rawat tiap hari untuk Allah. Ini bukan sekadar strategi keuangan, tapi latihan cinta yang penuh berkah.

Menanamkan Cinta Kurban pada Keluarga dan Anak-Anak

Bagi yang sudah berkeluarga, libatkan istri dan anak-anak dalam proses menabung kurban. Ceritakan kepada mereka tentang makna kurban, tentang keteladanan Nabi Ibrahim dan Ismail. Tumbuhkan rasa antusiasme dalam menabung bersama. Jika anak-anak tumbuh dengan semangat menabung untuk berkurban, maka nilai spiritual itu akan tertanam sejak dini.

Jadikan kurban sebagai momen keluarga, bukan sekadar tugas orang tua. Libatkan anak saat memilih hewan kurban. Biarkan mereka ikut menyaksikan penyembelihan (dengan edukasi yang baik), agar mereka tahu bahwa kurban adalah bagian dari ibadah, bukan sekadar tradisi.

Kurban Sebagai Bentuk Empati Sosial

Salah satu hikmah kurban adalah berbagi kepada sesama, terutama fakir miskin. Daging kurban menjadi sumber kebahagiaan bagi mereka yang mungkin hanya bisa menikmati daging setahun sekali. Ketika kita berkurban, kita sedang menjadi jalan rezeki bagi banyak orang. Bukankah salah satu bukti cinta adalah memberi?

Maka, tanamkanlah dalam hati: “Dengan berkurban, aku menebar manfaat. Aku menunjukkan cintaku kepada Allah, kepada sesama, dan kepada diriku sendiri yang butuh latihan ikhlas.”

Kurban, Jalan Menuju Surga

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidak ada amalan yang dilakukan anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan kurban. Sesungguhnya hewan itu akan datang pada hari kiamat lengkap dengan tanduk, bulu, dan kukunya. Dan sesungguhnya darah hewan itu akan jatuh di tempat yang diridhai Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka relakanlah dengan hati yang lapang.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kurban bukan hanya menyucikan harta, tapi juga menjadi saksi amal di akhirat kelak. Maka jangan tunggu tua, jangan tunggu kaya, jangan tunggu waktu sempit. Tumbuhkan cinta untuk kurban mulai sekarang.

Mari Berjanji

Hari ini, mari kita berjanji dalam hati. Tahun depan, insyaAllah aku akan berkurban. Bukan karena pamer. Bukan karena tradisi. Tapi karena aku ingin meneladani Ibrahim, menyenangkan Allah, dan menjadi bagian dari hamba-Nya yang penuh ketakwaan. semoga Allah buka pintu pintu kemudahan.

Tumbuhkan cinta untuk kurban. Karena cinta itu, ketika ditanam hari ini, akan tumbuh dan mekar di hari-hari Tasyrik yang akan datang.