Jangan Pernah Suudzon Pada Allah

Dalam sebuah ceramah seorang Ustadz dikisahkan ada seorang penjual tahu yang berasal dari daerah pelosok. Penjual tahu tersebut terkenal dengan taat dan rajin ibadah kepada Allah Ta’ala. Dan Alhamdulillah daganganya pun semakin hari semakin laris manis. Suatu hari saat penjual tahu tersebut akan berangkat menuju kepasar yang jaraknya sekitar 8 kilometer berjalan melewati pematang sawah sambil membawa barang daganganya. Qodarullah Ia terpeleset dan jatuh . Barang dagangannya pun juga ikutan jatuh . Sehingga banyak tahu yang hancur atau rusak. Lantas sipenjual tahu tersebut pun mengambili barang daganganya yang jatuh… meski sebagian besar nya rusak namun masih ada sebagian yang utuh. Ia pun berniat melanjutkan perjalanan menuju jalan raya untuk naik transportasi angkutan desa. Namun ternyata angkutan tersebut sudah lewat. rupa rupanya si pedagang tahu itu terlambat karena terpeleset dan jatu dipematang sawah tadi. akhirnya dengan perasaan kecewa sipenjual tahu itupun pulang kerumah. Kali ini perasaanya berkecamuk..”huuh…kenapa bisa seperti ini? biasanya khan tidak, kalau sudah begini jadi nya khan rugi… ” Padahal selama ini aku khan taat beribadah kepada Allah…kenepa ya Allah Engkau timpakan hambaMU musibah semacam ini” . Begitulah ….selama perjalanan pulang menuju rumah pedagang tersebut merasa tidak mendapatkan keadilan dari Allah padahal sudah setiap hari senantiasa melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Namun apa yang terjadi saat sudah sampai rumah. Ia mendapatkan kabar bahwa angkutan yang biasa membawanya kepasar itu mengalami kecelakaan jatuh kejurang dan semua penumpangnya meninggal dunia. Begitu mendengar kabar tersebut ia pun akhirnya menyesali keluh kesah yang ditujukan pada Allah Ia merasa beruntung Allah telah menyelamtkannya dari kecelakaan tersebut. Satu hal lagi yang membuat dia menyesal kenapa suudhon pada Allah adalah saat sore harinya ada seseorang peternak bebek yang datang kerumahnya untuk membeli makanan tambahan berupa ampas tahu, namun karena adanya hanya tahu yang sudah rusak maka peternak bebek itupun tetap membelinya. Penjual tahu semakin merasa menyesal atas sikap prasangka buruknya pada Allah. Dari kisah ini dapat diambil pelajaran dan hikmahnya bahwa sepahit apapun takdir yang Allah timpakan kepada kita sebagai orang yang beriman jangan sampai lantas kita bersuudzon pada Allah . karena tidak ada kamus bagi orang yang berimana untuk berprasangka buruk kepada Allah . Yakinlah semua yang Allah berikan adalah yang terbaik buat hambaNya. Allah taala berfirman dalam QS Al Fath ayat 6 yang artinya “dan Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan juga orang musyrik laki laki dan perempuanyang berprasangka buruk terhadap Allah.Mereka kan mendapatkan azab yang buruk dan Allah murka kepada mereka dan mengutuk mereka serta menyediakan neraka jahanam bagi mereka . Dan neraka jahanam itu seburuk buruk tempat kembali”.

jadi jelas bahwa bagi orang yang beriman tidak ada suudzon alias berprasangka buruk pada Allah . Yakinlah semuanya baik bagi kita. bila ditimpa musibah maka bersabar bila diberikan nikmat maka bersyukur. hal ini sejalan dengan hadist rasulullah shalalahualaihi wasalam “

Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 2999 (64); Ahmad, VI/16; Ad-Darimi, II/318 dan Ibnu Hibban (no. 2885, at-Ta’lîqatul Hisân ‘alâ Shahîh Ibni Hibbân).

Wallahuta’ala ‘alam