Ketika ”Cinta” Tak Kunjung Tiba

“Cinta” suatu kata, perasaan, ungkapan atau apapun kita menyebutnya, cinta akan selalu menjadi tema yang menarik bagi semua orang ketika membahasnya. Kendati manusia mengartikannya dengan kata-kata yang berbeda akan tetapi perasaan manusia akan selalu menikmati kebahagiaan yang sama ketika mengalaminya.

Cinta selalu identik dengan perasaan sayang, suka, simpati, peduli dan lain sebagainya. Walaupun demikian ternyata cinta tidak selalu mendatangkan perasaan sayang saja karena setiap cinta datang, perasaan benci juga berjalan bersamanya. Mungkin ungkapan tersebut sulit dipahami, akan tetapi jika kita melihat para penggemar sepakbola kita dapat melihat jelas maksud cinta itu mendatangkan rasa sayang dan juga rasa benci. Para suporter sepakbola sangat mencintai klub mereka dan membenci klub lain yang menjadi lawan tanding mereka. Bahkan karena cinta tersebut tidak jarang terjadi perkelahian antar suporter.

Allah mengaruniakan rasa cinta akan berbagai hal dalam dada manusia, sebagaimana Firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 14;

 “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang, itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik”

Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, hanya saja jenis cinta dan besarnya berbeda-beda. Dalam ayat di atas Allah menyebutkan macam-macam cinta yang dimiliki manusia, antara lain;

1. Cinta Kepada Pasangan

Percayakah Kamu, Ada 5 Manfaat Luar Biasa dari Cinta Halaman all -  Kompas.com
Seorang laki-laki mencintai perempuan atau perempuan mencintai laki-laki adalah suatu hal yang wajar karena itu termasuk salah satu fitrah manusia. Dengan adanya cinta tersebut Allah menetapkan syari’at pernikahan karena Allahlah pemberi cinta tersebut.

Laki-laki yang menjadikan cinta kepada perempuan atau sebaliknya sebagai hal yang paling utama dalam hidupnya, maka cinta tersebut akan membutakan mata hatinya. Betapa banyak remaja, pemuda bahkan orang yang sudah matang usia menjadi hina karena diperbudak oleh cinta tersebut. Perselingkuhan, perzinaan, pembunuhan terjadi karena cinta kepada lain jenis yang tidak terkendali. Betapa mengerikan, jika cinta kepada lain jenis yang melampui batas bisa menyebabkan kerusakan lalu bagaimana cinta yang melanggar batas kepada sesama jenis? Karena itu hukuman bagi kaum Nabi Luth yang melakukan perbuatan liwath hukumannya lebih berat dari pada orang yang berzina.
2. Cinta Kepada Anak-Anak

Cinta kepada anak juga terkadang diartikan cinta memiliki anak buah yang banyak karena kekuasaan yang dimiliki. Kekuasaan menjadi rahmat ketika dipegang oleh orang yang shalih, akan tetapi menjadi petaka ketika dipegang oleh orang yang dzalim.

Kepemimpinan Nabi Muhammad mendatang kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan kepemimpinan Fir’aun mendatangkan kedzaliman dan berujung pada adzab.

Cinta kepada anak adalah anugrah, Nabi sangat menyanyangi anak-anak. Di dalam kesibukannya berdakwah dan melawan kekafiran Nabi masih menyempatkan menggendong Hasan dan Husein dan bermain bersama mereka.
Berapa banyak pasangan suami istri yang bersedih karena belum dikaruniai anak. Para orang tua rela membanting tulang demi kebahagiaan anak-anaknya.pengorbanan yang terkadang tidak memperdulikan diri sendiri.

Akan tetapi jika cinta kepada anak menjadi yang paling utama, maka kebodohan dan kekikiranlah yang akan menimpa pemiliknya. Banyak orang tua menjadi kikir untuk mensedekahkan hartanya dengan alasan sibuk menabung untuk masa depan anaknya. Banyak orang tua menuruti keinginan anaknya dan memanjakan tanpa mempedulikan baik buruk keinginannya.
Pinter Keblinger - Suara Muhammadiyah
3. Cinta Kepada Harta

Apakah harta mendatangkan kebahagiaan? Pertanyaan yang mendatangkan jawaban berbeda-beda ketika dijawab oleh orang yang berbeda. Akan tetapi kebanyakan orang akan mengiyakan dengan dalih tanpa harta semuanya jadi sulit. Suatu alasan yang sulit dipungkiri ketika kita hanya mengandalkan akal untuk menjawabnya.

Tidaklah berdosa memiliki harta yang banyak demikian juga sebaliknya. Berpahala atau berdosa tergantung bagaimana kita mendapatkan harta dan bagaimana kita menggunakannya.

Fir’aun dan Qarun adalah manusia yang berlimpahkan harta akan tetapi ketika harta itu digunakan untuk kesombongan dan kedzaliman, maka harta itu merendahkan dirinya sehingga layak menyandang gelar penghuni neraka.

Nabi Sulaiman adalah manusia terkaya yang pernah ada. Berbeda dengan Fir’aun dan Qarun, harta yang dimiliki Nabi Sulaiman beliau gunakan untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi sehingga kemakmuran dan keadilan tercipta. Nabi Sulaimanpun berhak menjadi penghuni Jannah.

4. Cinta Kepada Allah

Pada ayat di atas ditutup dengan kalimat di sisi Allahlah tempat kembali yang baik. Allahlah pemilik segala kebaikan. Segala cinta akan membutakan pemiliknya kecuali cinta kepada Allah. Allah tidak membiarkan para hamba yang mencintainya tersesat dan menderita.

Segala ujian yang diberikan olehNya adalah untuk meningkatkan derajat hambanya sehingga layak untuk dimasukkan ke dalam surga yang penuh kenikmatan.

Seorang hamba yang mengutamakan cinta kepada Allah di atas cinta yang lain akan mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah sehingga mampu mengarungi kehidupan dunia dengan selamat dan berlabuh di surga yang dijanjikan.

Ketika cinta kepada Allah tidak kunjung tiba di hati kita maka kehidupan kita akan terasa sesak dan payah karena dunia akan selalu menyibukkan kita dengan urusannya. Di kala susah kita tidak bisa sepenuh hati mengharap pertolongan Allah. Ketika bahagia kita sulit mensyukurinya, ketika diberi nikmat kita tidak sulit menggunakannya di jalan Allah.

“Allaahumma innii as’aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka wa al-’amala alladzii yuballighunii hubbaka. Allaahummaj’al hubbaka ahabba ilayya min nafsii wa ahlii.”

“Ya Allah, aku memohon curahan cinta-Mu dan kecintaan orang-orang yang mencintai-Mu, serta memohon curahan amal yang dapat mengantarkan diriku mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah kecintaan kepada-Mu lebih tertanam dalam jiwaku melebihi kecintaanku kepada diri sendiri dan keluargaku. (HR Al-Tirmidzi dan Al-Hakim)”