

Dalam kehidupan sehari-hari, berbicara adalah aktivitas yang sering kita lakukan tanpa berpikir panjang. Kata-kata meluncur begitu saja dari mulut kita, baik dalam bentuk percakapan ringan, diskusi serius, atau bahkan perdebatan panas. Namun, ada satu hal yang sering kali lebih sulit dilakukan daripada berbicara, yaitu diam.
Bagi banyak orang, berbicara adalah cara untuk mengekspresikan diri, menunjukkan eksistensi, atau bahkan menegaskan pendapat dalam sebuah situasi. Namun, diam sering kali menuntut tingkat kedewasaan, kebijaksanaan, dan pengendalian diri yang jauh lebih tinggi dibandingkan berbicara. Tidak semua orang mampu mengendalikan diri untuk tetap diam, terutama dalam situasi yang memicu emosi, seperti kemarahan, kekecewaan, atau provokasi.
Diam dalam Islam: Sebuah Kebijaksanaan
Dalam Islam, berbicara adalah amanah. Kata-kata yang diucapkan harus memiliki nilai kebaikan, karena setiap ucapan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa diam lebih baik daripada berbicara jika ucapan kita tidak mengandung kebaikan. Islam mengajarkan bahwa menjaga lisan adalah bagian dari tanda keimanan dan ketakwaan.
Mengapa Diam Itu Sulit?
- Dorongan Emosional Ketika seseorang merasa marah atau tersinggung, naluri pertamanya biasanya adalah membela diri atau melawan dengan kata-kata. Tetapi menahan diri untuk tidak bereaksi seketika adalah tanda kedewasaan emosional dan ketakwaan kepada Allah SWT.
- Keinginan untuk Didengar Setiap individu memiliki ego dan keinginan untuk didengar serta dipahami. Oleh karena itu, banyak orang sulit diam karena merasa perlu mengutarakan pendapat mereka agar tidak diabaikan. Padahal, Islam mengajarkan pentingnya mendengarkan dan tidak tergesa-gesa dalam berbicara.
- Ketakutan Akan Kesalahpahaman Ada kalanya kita merasa bahwa diam bisa menyebabkan kesalahpahaman. Kita takut dianggap lemah, tidak peduli, atau setuju dengan sesuatu yang sebenarnya tidak kita terima. Namun, dalam Islam, diam juga bisa menjadi bentuk hikmah dan kehati-hatian.
- Budaya Komunikasi yang Mementingkan Bicara Dalam banyak budaya, berbicara sering dianggap lebih penting daripada mendengarkan. Orang yang banyak bicara sering dianggap cerdas atau berwawasan luas, padahal kebijaksanaan sejati sering kali ditemukan dalam keheningan dan refleksi.
Kekuatan di Balik Diam dalam Islam
Walaupun sulit, diam memiliki kekuatan yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan:
- Diam Adalah Bentuk Kontrol Diri Dalam Islam, menahan lisan termasuk dalam tanda orang yang bertakwa. Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Diam Membantu Pemahaman yang Lebih Mendalam Dengan diam dan mendengarkan, seseorang bisa lebih memahami situasi, sudut pandang orang lain, dan bahkan dirinya sendiri. Mendengar lebih banyak daripada berbicara memungkinkan seseorang untuk menyerap ilmu dengan lebih baik.
- Diam Menghindarkan dari Dosa Lisan Banyak dosa yang terjadi karena lisan, seperti ghibah (menggunjing), fitnah, dan dusta. Dengan menjaga diam, seseorang bisa menghindari perkataan yang dapat merugikan dirinya di akhirat. Allah SWT berfirman: “Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)
- Diam Bisa Menjadi Bentuk Keanggunan dan Wibawa Orang yang tahu kapan harus berbicara dan kapan harus diam sering kali lebih dihormati. Mereka dipandang sebagai individu yang bijaksana dan memiliki integritas. Dalam Islam, orang yang banyak bicara tanpa faedah cenderung lebih rentan terhadap kesalahan.
Kapan Kita Harus Diam?
Tidak semua diam itu baik, tetapi dalam beberapa situasi, diam adalah pilihan terbaik:
- Saat Emosi Memuncak – Menghindari berbicara dalam keadaan marah bisa menyelamatkan kita dari kata-kata yang akan kita sesali kemudian.
- Saat Tidak Memiliki Informasi yang Cukup – Diam lebih baik daripada menyebarkan informasi yang belum tentu benar atau menyesatkan. Rasulullah ﷺ bersabda: “Cukuplah seseorang disebut pendusta jika ia mengatakan semua yang didengarnya.” (HR. Muslim)
- Saat Berhadapan dengan Orang yang Tidak Mau Mendengar – Dalam beberapa kasus, berbicara tidak akan mengubah apa pun. Diam bisa menjadi bentuk perlawanan yang lebih efektif.
- Saat Menghadapi Provokasi – Menanggapi provokasi hanya akan memperkeruh keadaan. Diam bisa menunjukkan kedewasaan dan kontrol diri.
Belajar Diam, Belajar Bijaksana
Diam bukan berarti pasif atau takut. Diam yang bijaksana adalah tentang mengetahui kapan harus berbicara dan kapan harus menahan diri. Ini adalah seni yang membutuhkan latihan, kesabaran, dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri serta lingkungan sekitar.
Dalam dunia yang penuh dengan kebisingan dan distraksi, kemampuan untuk diam dan mendengarkan adalah keahlian langka yang bisa membawa ketenangan, kebijaksanaan, dan bahkan kemenangan. Sebagaimana dalam Islam, menjaga lisan adalah salah satu kunci keselamatan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua bibirnya (lisan) dan di antara dua kakinya (kemaluannya), maka aku akan menjamin surga baginya.” (HR. Bukhari)
Jadi, sebelum berbicara, tanyakan pada diri sendiri: Apakah kata-kata ini perlu diucapkan? Apakah ini akan membawa manfaat atau justru memperburuk keadaan? Jika jawabannya ragu, mungkin diam adalah pilihan terbaik.
Sebagaimana pepatah mengatakan, “Diam adalah emas.” Mungkin sudah saatnya kita mulai menghargai keheningan lebih dari sekadar kata-kata, karena dalam Islam, menjaga lisan adalah bagian dari menjaga iman.Wallahu’alam
Leave a Review